Kapuas – Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan tengah masih menyisakan beberapa potensi alam yang unik dan menarik, terkhususnya pada Pulau-pulau kecil. Hal demikian dikarenakan terdapat salah satu Kawasan pulau yang tepat berada di tengah aliran sungai Kapuas. Pulau biasanya identik dengan sebuah daratan yang kecil, dengan Kawasan yang tidak luas, terpisah dengan daratan lain, serta jangkauan yang terbatas.
Pulau telo tidak jauh berbeda dengan pulau lain pada umumnya, uniknya pulau ini berada di tengah salah satu aliran sungai Kapuas provinsi Kalimantan tengah. Asal mula sebutan pulau telo pada umum berasal dari bahasa masyarakat setempat yang tinggal di pinggiran sungai Kapuas dekat pulau tersebut. Pulau berarti daratan kecil atau terpisah sedangkan Telo artinya dalam bahasa Dayak ialah Tiga.
Konon pada jaman dahulu di saat melintas menggunakan perahu dari kejauhan akan tampak Pulau tersebut secara samar-samar terdapat tiga bagian pulau saja dan itu juga sama halnya bila melihat dari area perkampungan warga yang menetap di pesisir sungai Kapuas dekat pulau tersebut. akan tetapi, sebenarnya ada empat pulau yang berdekatan. Sedangkan, pada satu pulau yang besar terdapat masih satu pulau lain yang bila di lihat lebih mendekati pulau Telo sebenarnya berjumlah empat pulau yang berbeda.
Hal ini lah yang membuat Pulau tersebut terkenal dengan nama PULAU TELO oleh masyarakat setempat. Asal muasal nama Pulau Telo juga berpengaruh kepada sebutan pemukiman warga setempat yang tinggal dan menetap di dekat pulau tersebut. Bahkan, hingga sekarang Desa tersebut dinamakan Desa Pulau Telo. Pesatnya pertumbuhan pemukiman warga di sekitaran pulau membuat pemukiman Desa Pulau Telo sampai sekarang telah menjadi dua desa yaitu Desa Pulau Telo Lama dan Desa Pulau Telo Baru. Selain itu, sempat terdapat beberapa pemukiman warga di seberang sungai Kapuas yang mana pemukiman tersebut mengelilingi pulau telo. Pemukiman tersebut disebut Rantau Lama dan Rantau Baru yang pada saat ini warganya berkumpul menjadi satu pemukiman dengan nama Desa Maluen.

Sebelum seperti sekarang ini, konon dahulu seperti yang di ucapkan mantir adat desa pulau telo bahwa masyarakat setempat yang bermukim dikisaran Pulau Telo mempercayai bahwa Pulau Telo merupakan salah satu pulau yang memiliki keunikan tersendiri karena terdapat banyak pohon-pohon berukuran besar tumbuh dan menjadi tempat berhajat atau mengadakan ritual bertapa untuk memperoleh sesuatu keinginan atau kekuatan magis dari sang penunggu pulau.
Bahkan katanya bapak Tjilik riwut gubernur ke-Dua Provinsi Kalimantan Tengah sempat melakukan pertapaan di pulau telo tersebut. Pohon-pohon besar yang pada saat itu tumbuh juga menjadi tempat bersarangnya ratusan lebah yang dapat diambil madu dan anaknya sehingga dinilai memiliki sesuatu yang bermanfaat dan istimewa bagi masyarakat setempat. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan Jaman Pohon-pohon besar tersebut sudah tidak ada lagi dan tempat melakukan ritual hajat juga sudah tidak dilakukan masyarakat karena sudah mulai pergeseran kepercayaan.
Pulau Telo juga di Nobatkan sebagai sebuah nama jembatan yaitu JEMBATAN PULAU TELO. Jembatan pulau Telo ini menghubungkan Ibu Kota Kabupaten Kapuas dengan Kecamatan Basarang dan juga menjadi jalur lintas utama menuju Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Pulau Telo menjadi pulau yang tidak berpenghuni hingga sampai sekarang walau pun beberapa masyarakat setempat masih memanfaatkan sebagian area pulau untuk bersawah. akan tetapi, diantara pulau tersebut terdapat Tugu Penanda yang di buat Kementerian Dalam Negeri sebagai pulau milik Republik Indonesia pada tahun 2008.
Penulis : Andre Permana Firman